Aku Kangen....

Kangen adalah kerja hati. Ketika hati terasa sepi, hampa, seolah dunia ini tiada lagi indah, hati terasa perih dan teriris, sakit, dan tanpa disadari air matapun jatuh menetes. Tanpa diharap air matapun turut berempati atas derita hati. Diri merasa begitu lemah, tak punya daya, tak punya kekuatan lagi untuk mampu bertahan. Tangis demi tangis tak juga mampu menyembuhkan rasa rindu. Pergi ke tempat keramaian tidaklah menjadikan hati merasa ramai, justru menjadikan diri ini benar-benar sendiri, tiada lagi mau peduli, tiada lagi mau berkawan.
Apa sih kangen? Kerja hati yang bagaimana yang menyebabkan dunia terasa sepi itu? Apa hubungan kangen dengan rindu? Apakah sama?

Kangen dan rindu , mungkin sebenarnya sama, ketika hati kehilangan seseorang yang diharapkan berada di sisi, seseorang yang terbiasa meramaikan hari-hari, memenuhi hari-hari dengan segala cinta dan sayang. Ketika seseorang itu tiba-tiba harus pergi, dan diri tidak punya daya untuk mengikuti, tidak punya kemampuan untuk mendampingi.


Ketika mengungkapkan perasaan kangen, ada yang berbeda rasanya dengan ketika mengungkapkan perasaan rindu. Kata kangen ada unsur kemanjaan, centil, ada kenakalan yang menggoda, kegenitan, romantisme, hubungannya lebih dekat dengan orang yang dikangeni. Sementara kata rindu lebih umum, lebih punya harga diri, lebih sopan dan terhormat.Ah, itu hanya pernyataan sepihak, karena secara umum, kangen dan rindu adalah dua kata yang mempunyai arti yang sama, kehilangan.


Kapan seseorang merasa kangen atau rindu. Sepertinya lebih bagus menggunakan kata rindu. Kedengaran lebih formal. Ada tiga keadaan kapan orang merasakan rindu:


  1. Ketika ada jarak yang menghalangi. Jarak yang berjauhan mampu menjadi penghalang ketika dua hati yang dibalut rindu  tak mampu bertemu. Dengan berbagai alasan yang multi kompleks, dua hati yang saling mencinta tak bisa bersatu sehingga akhirnya dua hati harus sama-sama menderita. Dengan berbagai alasan si dia yang seharusnya menemani harus pergi jauh yang tak bisa ditempuh, tak bisa didatangi, tak mampu dilihat. Hanya berbakal suara di telpon, sms, yang mengabarkan keadaannya disana, yang semakin membuat rasa rindu semakin bertambah.
  2. Ketika ada larangan yang menbatasi. Larangan. Mengapa sih harus ada yang namanya larangan, harus ada yang namanya aturan dan hukum. Bisakah larangan itu dianggap tidak ada saja, sehingga dua hati yang sama-sama merindu bisa memuaskan perasaan rindunya, bisa memuaskan segala keinginannya. Tapi kalau sudah begitu, apakah dunia ini masih terasa indah. Bukankah larangan, aturan, dan segepok norma-norma itu dibuat agar kita bisa lebih menghargai perasaan rindu itu sendiri, menjadikannya lebih terhormat. Ketika belum sah dalam satu ikatan yang menjadikan pertemuan itu halal dan bernilai ibadah, maka rasa rindu menjadi sangat menyiksa.
  3. Ketika ada penolakan yang akhirnya menutup segala kemungkinan akan bertemunya dua hati. Hati mencinta, hati mengharap, hati menyayangi, tapi hanya satu hati. Tak ada kemungkinan untuk bisa bersama. Raga boleh bersama, dalam satu atap, tapi hati yang diharapkan membalas segala rasa tak tahu pergi kemana, tak tahu ada pada siapa. Ketika harapan untuk bisa bersama, untuk bisa merasakan cinta bersama tak ada lagi, sementara rindu tetap terasa menggunung, maka rasa galau akan ketidakmampuan diri semakin menyiksa. Kenapa harus menjatuhkan segala rasa yang akhirnya menjadikan rindu tumbuh subur kepada seseorang yang tidak menyambut perasaan ini. Tapi sekali lagi,  rindu tak pernah memilih pada siapa, rindu tak pernah tahu pada siapa akhirnya pengharapan itu akan jatuh.
Bagaimana menyikapi rasa rindu yang telah terlanjur mekar di hati. Akankan dibiarkan saja redup dengan meninggalkan rasa sakit.
Ada beberapa kiat yang mungkin bisa dilakukan:
  • Tilawah Al Quran. Mencoba membaca dengan menyimak kandungan isi Al Quran, menterjemahkan arti demi arti, mencoba mengerti isi tiap kata yang dibaca. Seketika itu, terasa keagungan Allah yang telah menciptakan kalimat-kalimat indah yang menyejukkan.
  • Membaca buku. Buku, bukan sembarang buku yang dibaca, tapi buku yang isinya tentang kebesaran Allah, tentang mendekatkan hati hanya pada Allah, tentang kerinduan hanya pada Allah. Bahwa segala cinta, tiadalah yang abadi kecuali hanya cinta kepada Allah.
  • Dzikir. Dzikir ada 2, yaitu dzikir khofi dan zdikir hakiki. Dzikir khofi adalah mengingat Allah di dalam hati. Setiap aktivitas yang kita lakukan,setiap jantung berdetak, hati kita tetap melafalkan kalimah Allah. Dzikir hakiki adalah implementasi dari dzikir khofi. Segala tingkah laku dan amal perbuatan hanyalah ditujukan untuk mencari keridhoan Allah.
  • Sholat. Ketika hati sedang berduka, aktivitas sholat terkadang justru menjadi ajang pengaduan yang tiada habis. Sholat tidak lagi menghadirkan hati untuk merasapi keagungan dan kekuasaan Allah, tapi justru menyesali segala ketidakmampuan diri. Maka ketika itu, sholat seolah tiada arti. Ketika niat melakukan sholat, cobalah bersihkan hati dari segala prasangka. Hadirkan hati hanya untuk Allah semata, maka sholat akan menjadi lebih bermakna.
Semoga hati-hati yang merindu, akan menemukan muara hatinya, bahwa rindu pada manusia tidaklah boleh melebihi rindu kepada Allah dan Rasul-Nya. Bersihkan hati dari segala praduga buruk pada Allah. Percaya bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik pada setiap hamba-Nya.
teruntuk Engkau yang kurindu,
Semoga rindu ini menjadi sesuatu yang indah untuk dikenang.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates